Laman

Jumat, 24 Juli 2009

Allah (memang) Maha Kuasa


"...Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu."

Potongan terjemahan ayat al Qur'an tersebut banyak kita temukan dalam berbagai surat dalam al Qur'an. Potongan ayat ini akan berlaku sepanjang masa, tidak ada hal yang bisa membatasinya karena merupakan kalam Allah. Allah tidak terbatas tempat dan waktu - borderless and timeless.

Hubungan prolog di atas dengan apa yang akan saya tulis adalah bahwa dalam masa pancaroba ini segala sesuatu, termasuk sakit di dalamnya, sangat mungkin mudah terjangkit. Semua itu bisa terjadi meskipun kita telah semaksimal mungkin menjaga kondisi dan kesehatan tubuh.

Bagi Allah kadang proses itu tidak diperlukan karena, tentu saja, Allah tidak butuh apa-apa. Tapi terkadang sebagian manusia terlalu mengagungkan proses.

"Saya kan sudah melakukan ini, tapi kok tetap saja saya begini." Ya, ungkapan itu mungkin saja pernah terlontar dari mulut kita baik disadari ataupun tidak. Sadar tidak sadar, hal itu menggambarkan keberpihakan kita terhadap proses kausalitas (sebab - akibat), tapi di atas itu semua ada Allah, Tuhan - dengan hutuf T 'besar' - yang maha berkuasa dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di seluruh semesta ini. Jika Allah sudah berkehendak, maka terjadilah...kun fayakuun!

Meskipun Allah memiliki hak prerogatif atas segala sesuatu dan mutlak adanya, Allah tetaplah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan usaha dan doa setiap makhluk ciptaanNya.

Wallahu A'lam Bishshawwaab...ini hanyalah sebuah pendapat dari seorang yang masih harus banyak belajar menghambakan dirinya kepada Allah, Rabb segala alam.

Kalau pembaca sekalian tidak sepakat dengan apa yang menjadi pemikiran saya, tentu saja saran dan kritik yang membangun saya nantikan. Jazakumullah khairan katsiran.